Jumat, 13 Agustus 2010

MULTIPLE INTELLIGENCE / KECERDASAN MAJEMUK


Teori ini pertama kali diajukan oleh Profesor Howard Gardner dari Universitas Harvard pada 1983. Ia mengatakan bahwa “Kecerdasan beraneka ragam dan dinamis, berkembang jauh melebihi linguistik dan potensi logika-matematika yang secara tradisional diuji  dan dinilai di sekolah-sekolah”. Saat ini, teori Gardner mengenai kecerdasan majemuk ini telah dipakai secara luas oleh para pendidik di Amerika Serikat, Australia, Cina, Thailand, Philipina, Taiwan, dan negara-negara lain. Gardner telah membuktikan bahwa kecerdasan terdiri dari delapan potensi kecerdasan, yaitu :
-          Kecerdasan Intelektual (IQ)
o    Cerdas Linguistik
o    Cerdas Logika Matematika
-          Kecerdasan Emosional (EQ)
o    Cerdas Intrapersonal
o    Cerdas Interpersonal
-          Kecerdasan Kreativitas (CQ)
o    Cerdas Gerak Tubuh
o    Cerdas Visual Spasial
-          Kecerdasan Adversitas (AQ)
o    Cerdas Musikal
o    Cerdas Naturalis

Penjelasan mengenai delapan kecerdasan diatas adalah sebagai berikut :
1.    Kecerdasan Logika Matematika ; seringkali dikaitkan dengan Scientific Thinking (berpikir ilmiah). Merupakan kemampuan untuk mengenali bentuk atau pola, memahami simbol abstrak seperti angka dan bentuk geometris serta kemampuan dalam memberikan penjelasan secara deduktif dan induktif. Tingginya potensi ini akan membantu seseorang dalam membuat pertimbangan dan mencari solusi dari masalah yang timbul dan mampu menerapkan metode pemikiran yang berbeda dalam situasi yang berbeda.
2.    Kecerdasan Bahasa; merupakan kemampuan untuk memproduksi bahasa, baik secara lisan atau tulisan serta peka dalam perbedaan dan penggunaan irama dalam kata-kata. Potensi yang tinggi pada kecerdasan bahasa akan membantu seseorang dalam menyampaikan ide, melakukan persuasi, dan lebih percaya diri untuk mengekspresikan diri
3.    Kecerdasan Intrapersonal ; merupakan kemampuan untuk memahami perasaan, ide dan tujuan pribad, refleksi diri serta mampu melihat atau mengamati diri sendiri seperti orang lain mengamati dirinya. Potensi yang tinggi pada kecerdasan ini akan membantu seseorang dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri sehingga muncul pemahaman tentang tujuan hidupnya. Hal ini akan membantunya dalam mengontrol arah dimana akan melangkah.
4.    Kecerdasan Interpersonal ; merupakan kemampuan untuk memahami orang lain, memperhatikan perbedaan antar individu, kemampuan bekerja sama, serta kemampuan untuk mengembangkan empati. Potensi yang tinggi pada kecerdasan ini akan
5.    Kecerasan Kinestetis Jasmani ; merupakan kemampuan untuk menggunakan ketrampilan motorik kasar dan halus untuk mengekspresikan emosi dan menggunakan bahasa tubuh.
6.    Kecerdasan Visual Ruang ; merupakan kemampuan untuk membayangkan bentuk sebuah benda dan mevisualisasikannya secara abstrak atau konkret.
7.    Kecerdasan Musikal ; merupakan kemampuan dalam menentukan nada, irama dan kepekaan pada suara dari sekitar kita, baik suara manusia atau instrument musik.
8.    Kecerdasan Naturalis ; merupakan kemampuan yang behubungan dengan pemahaman akan alam sekitar, pengenalan flora dan fauna, serta memiliki keterikatan dengan alam dan segala fenomenanya.
Distribusi delapan kecerdasan diatas merupakan pemetaan bagian-bagian otak berdasarkan fungsi masing-masing. Berdasarkan tiga bentuk utama sidik jari, yang dengan beberapa turunan bentuknya terhubung dengan syaraf-syaraf ke bagian-bagian otak, membantu seseorang untuk dapat melakukan proses sensory dan motorik. Kita tentu mengenal synapsis, ada sekitar 1000 lebih intersection yang menghubungkan antara distribusi kecerdasan tersebut. Misalnya, seorang anak memiliki potensi kecerdasan musical yang dominan, apabila kecerdasan ini dihubungkan dengan fungsi bahasa maka anak akan memiliki kemampuan untuk bernyanyi. Tetapi, bukan berarti semua anak yang memiliki kecerdasan musikalitas yang tinggi, juga akan memiliki kemampuan bernyanyi. Karena bisa jadi, kecerdasan ini berhubungan dengan motoriknya atau fungsi kinestetisnya sehingga membantunya untuk lebih berprestasi dalam bermain piano atau gitar atau alat music lainnya.
           Teori ini telah diterapkan dan memperoleh hasil yang cukup berarti di institusi-institusi pendidikan di seluruh Amerika dan Eropa, dan baru-baru ini di daerah Asia.
Dia menyatakan bahwa cara tradisional memandang kecerdasan berdasarkan test IQ, sangatlah terbatas. Sebaliknya, Prof. Gardner memberikan pandangan tentang delapan  kecerdasan-kecerdasan yang berbeda untuk menjelaskan potensi manusia yang lebih luas pada anak-anak dan orang dewasa.
            Delapan segi kecerdasan yang berbeda itu tidak bergantung antara satu dengan yang lain dan mereka jarang bekerja sendiri. Setiap pribadi yang normal memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda, tetapi bagaimana cara kecerdasan ini bergabung, memiliki variasi seperti wajah dan kepribadian setiap individu. Implikasi dari teori ini adalah bahwa belajar/mengajar seharusnya terfokus kepada kecerdasan tertentu yang dimiliki seseorang dan menggunakan metode serta gaya pengajaran yang benar. Implikasi lanjutan dari teori ini adalah penaksiran kemampuan seharusnya mengukur semua bentuk kecerdasan, bukan hanya bahasa dan logika matematika.
 

Cara Berpikir Otak Kanan dan Otak Kiri serta Pengaruh Musik dalam Pembelajaran

Otak merupakan aset terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan ternyata kapasitas otak yang dipergunakan oleh manusia hanya maksimal 10%. Banyak penelitian dilakukan selama beberapa dasawarsa terakhir tentang apa yang disebut teori dominansi otak. Temuan-temuan tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa masing-masing belahan otak-kiri dan kanan-cenderung berspesialisasi dan melakukan fungsi-fungsi yang berbeda, mengelola jenis-jenis informasi yang berbeda, mengatasi jenis masalah yang berbeda (Egle’s Spirit.htm ). Berikut ini adalah masing-maing belahan otak kiri dan kanan:
Table 2. Belahan Otak Kanan dan Otak Kiri
Belahan otak kiri
Belahan otak kanan
·         Pada hakikatnya, belahan kiri melakukan bagian yang lebih logis/verbal.
·         Berkaitan dengan kata-kata
·         Pembagian hal-hal yang spesifik
·         Analisa, yang berarti menguraikan
·         Cara berpikir runtut (prosedural)
·         Terikat oleh waktu
·         Intuititif dan Kreatif
·         Berkaitan dengan gambar-gambar
·         Hal-hal yang bersifat keseluruhan dan hubungan antar bagian
·         Sintesa, yang berarti menyatukan
·         Bebas Waktu
·         Imajinasi
·         Suara Hati
(Sumber: Eagle’s Spirit.htm)
Hasil penelitian profesor Roger Sperry dari Universitas California, menunjukkan bahwa masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap proses berfikir, dan mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antara kedua belahan tersebut.
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, menempatkan detail dan fakta. Sedangkan cara berfikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif. Cara-cara berpikirnya bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi.  (DePorter dan Hernacki, 1999: 36)
Walaupun orang menggunakan kedua belahan otaknya, salah satu sisi pada umumnya cenderung mendominasi tiap individu. Tentu saja idealnya adalah mengolah dan mengembangkan kemampuan sedemikian rupa agar mempunyai perlintasan yang baik antara kedua belahan otak tersebut sehingga orang dapat merasakan terlebih dahulu apa yang diperlukan oleh situasi dan kemudian menggunakan alat yang tepat untuk menanganinya. Akan tetapi orang cenderung untuk tetap tinggal dalam "comfort zone" dari belahan dominan mereka dan memproses tiap situasi menurut preferensi otak kanan atau kirinya.
Jika kita bekerja dan belajar hanya menggunakan otak kiri dengan cara berpikirnya, orang-orang seperti itu cenderung stress dan mengalami ketidakseimbangan dalam berpikir. Untuk memperoleh keseimbangan tersebut, seseorang yang cenderung memakai otak kiri sebagai cara berpikirnya, perlu dimasukkan musik, karena musik dapat memberikan umpan balik positif yang menimbulkan emosi positif sehingga mendorong kekuatan otak mengarah ke tempat keberhasilan.
Penelitian menyampaikan kepada kita bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak itu kurang dari yang dibutuhkan untuk “merekatkan” pelajaran dalam ingatan. Contohnya ketika mendengar lirik, otak kiri akan mengolah kata-katanya, sedangkan otak kanan akan memproses melodinya. Selain  itu, sistem emosional atau limbik otak kita juga terlibat dalam proses ini. Dengan kata lain, seluruh bagian otak dilibatkan secara aktif (DePorter dan Hernacki, 1999: 38).

DePorter (2002: 73) menyatakan bahwa:
Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Sebagai seorang guru, kita dapat menggunakan musik untuk mengatur suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Di samping itu kebanyakan siswa memang mencintai musik (DePorter, 2002: 73).

Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah, denyut jantung, dan gelombang-gelombang otak akan cenderung meningkat sedangkan otot-otot kita menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung, tekanan darah menurun dan otot-otot mengendur. Biasanya akan sulit berkonsentrasi ketika kita benar-benar rileks dan sulit untuk rileks ketika benar-benar konsentrasi penuh (DePorter, 2000: 72 ).
Dr. Georgi Lozanov mencari cara untuk mengkombinasikan pekerjaan mental yang menekan dengan fisiologi rileks agar melahirkan pelajar-pelajar yang istimewa. Setelah percobaan intensif dengan para siswa, ia mendapatkan bahwa musik adalah kuncinya.
Irama, ketukan, dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak jantung. Di samping membangkitkan perasaan dan igatan musik dapat membantu siswa masuk ke keadaan belajar optimal (DePorter, 2002: 73) dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi. Schuster dan Gritton, 1986 menyatakan bahwa:

Musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar. Penelitian menunjukkan bahwa belajar lebih mudah dan cepat jika pelajar berada dalam kondisi santai dan reseptif. Detak jantung orang dalam keadaan ini adalah 60 sampai 80 kali per menit. Kebanyakan musik barok sesuai dalam kondisi belajar yang optimal (DePorter, 2002: 73).

Dari pernyataan Schuster dan Gritton tersebut dapat diketahui bahwa musik barok yang ritmis dan lembut berpengaruh besar pada kemampuan kita menyerap informasi, dan tidak semua musik dapat mempengaruhi proses belajar secara efektif. Kemampuan detak jantung untuk mengalirkan oksigen dalam darah yang kemudian mengalir dalam otak, juga perlu diperhatikan supaya otak tetap dalam keadaan rileks dan berfungsi dengan baik. Detak jantung orang dalam keadaan menerima informasi dengan baik ketika detak jantungnya 60 atau 80 kali berdetak per menit. Kebanyakan musik barok sesuai dengan detak jantung manusia yang santai dalam keadaan belajar optimal.
 Penelitian mendukung penggunaan musik barok (Bach, Corelli, Tartini, Vivaldi, Handel, Pachelbel, Mozart) dan musik klasik (Satie, Rachmaninoff dan Beethoven) dapat merangsang dan mempertahankan lingkungan belajar optimal. Struktur kord melodis dan instrumentasi barok membantu tubuh mencapai keadaan waspada tetapi relaks (DePorter 2002: 74).
Beberapa pilihan musik untuk suasana berbeda dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1.    Waktu siswa mempelajari, membaca, belajar, atau presentasi musik barok dan klasik menjadi pilihan yang efektif (musik instrumental tanpa lirik). Pada saat berdiskusi, mainkan musik sekeras suara mereka. Tanpa musik siswa sering merasa ragu, menunggu siapa yang akan berbicara terlebih dahulu, dan tidak ingin jadi yang pertama untuk memecah keheningan. Musik menmbebaskan mereka berbicara, untuk jalan terus tanpa menarik perhatian terhadap diri mereka.
2.      Waktu jeda dapat digunakan musik Soundtrack film tertentu yang disukai dan dikenal siswa (musik berlirik, lirik yang positif tentunya).
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bagi para pengguna otak kiri dalam belajar dan bekerja, musik merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mendampingi otak kiri agar seimbang dengan otak kanan.

Metode Quantum Teaching

Apa sih sebenarnya Metode Quantum Teaching itu ??!!! Istilah kuantum diambil dari rumus fisika kuantum, yaitu massa dikalikan kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi (E = m c2).  Artinya  bahwa kuantum adalah interaksi energi menjadi energi cahaya, sehingga pembelajaran kuantum dapat diartikan sebagai orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain (De Porter, 2002: 5).
Quantum teaching memakai unsur pemercepatan belajar (accelerated learning) dan program neurolinguistik (NLP). Pemercepatan belajar yaitu usaha yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi dengan kegembiraan. Sedangkan NLP adalah suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi (De Porter and Hernacki, 2002: 5).
Quantum teaching menekankan penggubahan (pengembangan) kemampuan dan bakat alamiah siswa dengan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar yang mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif guna meraih kesuksesan belajar siswa yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain (DePorter, 2002: 5). Pembelajaran kuantum menuntut guru agar dapat :
1)       Memberikan kebebasan belajar siswa.
2)       Menampung keanekaragaman siswa.
3)       Memfasilitasi siswa agar dapat berkembang supaya sesuai dengan modalitas belajar yang dimiliki masing-masing.
4)       Menjadi pengorkestra yang baik dan mampu menata semua komponen belajar untuk bekerja sama secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan belajar.
5)       Mengubah suasana belajar secara meriah dengan menyertakan segala kaitan termasuk unsur seni atau musik.
6)       Menimbulkan berbagai interaksi positif serta memanfaatkan perbedaan siswa untuk momen belajar.
Untuk menciptakan lingkungan belajar seperti di atas, maka kuantum mengidentifikasikan proses pembelajaran sebagai simfoni yang disajikan dalam dua seksi utama yaitu seksi konteks (context) dan seksi isi (content) serta disusun dalam kerangka rancangan yang disebut TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan).